
PoKal - Pontianak
Dampak dari serangan dan kekerasan menggila terhadap umat Kristen di Nigeria, Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) cabang Pontianak mengecam keras atas penganiayaan dan pembunuhan yang dilakukan pihak ektrimis Fulani kepada umat Kristen di Negeria.
Umat Kristen di berbagai wilayah Nigeria mengalami peningkatan kekerasan, penganiayaan, dan diskriminasi, terutama di bagian Utara dan Tengah negara.
Kasus-kasus tersebut meliputi pembunuhan sejumlah warga Kristen, penculikan Pendeta dan Jemaat, perusakan Gereja dan rumah tinggal, serta penggusuran akibat konflik antara peternak dan petani.
"Laporan mengindikasikan bahwa kekerasan ini bukanlah peristiwa yang terisolasi, melainkan bagian dari pola yang terus meningkat."
Sejak awal 2025, lebih dari 300 orang Kristen tewas, puluhan lainnya diculik, dan ribuan mengungsi akibat serangkaian serangan di negara bagian Plateau, Benue, Kaduna, Nasarawa dan Ebonyi.
Di Zike, Plateau State, Palm Sunday 2025: sedikitnya 56 orang termasuk anak-anak tewas, dan lebih dari 103 rumah dibakar.
Pendeta dan pemimpin Gereja diculik secara rutin - laporan menyebutkan setidaknya 145 Pendeta diculik dalam kurun waktu tertentu; beberapa orang dibunuh, yang lainnya masih hilang.
Terdapat tuduhan bahwa gadis-gadis Kristen dari latar ekonomi kurang mampu diculik, dipaksa menikah, dan dipengaruhi untuk berpindah agama. Laporan menyebut lebih dari 20 kasus di shelter pemerintah di beberapa negara bagian; satu sumber Polisi menyebutkan ada lebih dari 300 kasus.
Penyebab dan dampak konflik antara petani (mayoritas Kristen) dan penggembala (umumnya Muslim Fulani) atas lahan, air, dan penggembalaan sering bergeser menjadi kekerasan yang juga membawa unsur agama.
Organisasi teroris seperti Boko Haram dan ISWAP juga dituduh melakukan pembantaian terhadap warga sipil berdasarkan asal agama dan komunitas.
Kehilangan jiwa, kerusakan harta benda, pengungsian besar-besaran, dan rasa takut yang meluas di komunitas Kristen menimbulkan trauma sosial, ekonomi, dan spiritual.
Respon pemerintah dan kritik pemerintah Nigeria beberapa kali menolak klaim bahwa kekerasan tersebut secara khusus menargetkan umat Kristen, menyebut bahwa banyak insiden adalah akibat konflik lahan, kriminalitas, atau konflik komunitas, bukan karena orientasi agama.
Namun, kelompok-kelompok Gereja dan advokasi hak asasi manusia mendesak agar pemerintah mengambil langkah lebih tegas: meningkatkan keamanan, menyelidiki pelaku dengan transparansi, menghentikan praktik-praktik diskriminatif, dan memberi dukungan kepada komunitas yang terdampak.
Panggilan untuk tindakan pemerintah Nigeria agar menetapkan kebijakan keamanan yang jelas dan efektif untuk melindungi warga Kristen serta kelompok minoritas lainnya.
Penegakan hukum terhadap pelaku kekerasan - termasuk pendanaan, dukungan politik atau administratif bagi milisi atau kelompok teroris.
Pemeriksaan dan transparansi atas tuduhan pemaksaan perpindahan agama, pernikahan paksa, dan perlakuan diskriminatif di institusi pendidikan dan lembaga negara.
Narasumber;
Leonardus Resadi
Presidium Hubungan Luar Negri-Lingkungan Hidup PMKRI Cabang Pontianak Santo Thomas more 2025-2026.
Jumat, 10 Oktober 2025
Redaksi//Delova