Tragis, 100-an Santri Tertimbun Reruntuhan Musala Saat Salat Ashar

Pojok Kalimantan
Selasa, 30 September 2025, 12.15.00 WIB Last Updated 2025-09-30T05:15:35Z


PoKal - Pontianak 

Kali ini saya bahkan tak sanggup meneguk seteguk kopi pun. Lidah saya kelu dan hanya bisa mengucapkan “Innalillahi wainna ilaihi rojiun.” Seratusan santri, anak-anak yang mestinya sedang belajar menenun doa, menghafal surah, mengukir masa depan, malah tertimbun beton musala. Oh, betapa tragis, betapa pilu, betapa ironis.


Sore Senin, 29 September 2025, pukul tiga, langit Buduran, Sidoarjo, seakan berhenti berputar. Musala tiga lantai Pondok Pesantren Al Khoziny, bangunan yang baru dicor, masih telanjang tanpa cat, dengan besi dan bambu menyangga bak tulang rapuh, menjadi saksi bisu. Pada rakaat kedua salat Ashar, justru saat kepala-kepala mungil itu menyentuh lantai dengan penuh pasrah, dinding dan atap runtuh bagai langit ambruk. Doa berubah jadi jeritan, sajadah jadi kafan, musala seperti jadi liang lahat massal.


Diperkirakan lebih dari seratus santri berada di dalamnya. Tangan-tangan kecil yang semula menengadah ke langit kini terkunci di bawah bongkahan beton. Suara “Allahu Akbar” terputus di tengah jalan, diganti raungan kesakitan yang mengoyak hati. Mereka tak sempat lari, tak sempat berpamitan. Warga mendengar dentuman seperti kiamat mini, debu tebal naik ke udara, seakan kabut maut turun menyelimuti pondok itu.


Ambulans berdatangan, bukan sebagai pembawa harapan, tapi konvoi kematian. Lima belas, delapan belas, sembilan belas mobil putih dengan sirene meraung, seperti seruling duka yang menusuk telinga. Relawan, TNI, Polri, BPBD, Basarnas, semua turun tangan. Excavator mengunyah beton, tapi gigi besi itu hanya bisa mengangkat puing—bukan mengangkat kembali tawa anak-anak yang sudah direnggut.


Dua orang santri berhasil diseret hidup-hidup dari reruntuhan, tubuh mereka remuk tapi napasnya masih tersisa. Dua puluh lainnya keluar, sebagian menggeliat di tandu, sebagian lain membisu, kaku, menunggu kain kafan. Malam merayap, dingin menusuk, tapi api pilu di dada orang tua tak kunjung padam. Belasan anak masih terkubur, suara mereka entah masih ada atau sudah ditelan diam.


Kombes Christian Tobing, Kapolresta Sidoarjo, memimpin koordinasi. Seragamnya gagah, suaranya tegas, tapi wajahnya tak bisa menutupi kenyataan pahit: ini bukan sekadar musibah, ini kebodohan manusia. Bangunan yang katanya megah ternyata rapuh, dipaksakan berdiri di atas kecerobohan. Ketua RT setempat sudah pernah menerima laporan soal proses pengecoran. Tapi siapa peduli? Kini kesembronoan itu dibayar mahal dengan nyawa anak-anak suci.


Lampu sorot dipasang, menerangi reruntuhan yang lebih mirip pemakaman raksasa. Tangisan ibu-ibu menggema, suara yang lebih pedih daripada sirene ambulans. Mereka memanggil nama anak-anaknya, berharap masih ada jawaban dari balik tumpukan beton. Tapi setiap bongkahan diangkat, yang keluar hanyalah tubuh kaku, wajah penuh debu, napas yang sudah tak ada.


Betapa ironisnya, musala, rumah Allah, justru menjadi pintu maut. Betapa satirnya, doa paling khusyuk pun tak mampu menahan dinding yang dibangun tergesa. Bangunan itu seharusnya jadi tempat mencari keselamatan, malah jadi jebakan maut. Inilah filsafat getirnya, iman setinggi langit tak ada artinya bila pondasi duniawi berdiri di atas kecerobohan.


Hari itu, mungkin surga ikut menangis. Santri-santri itu wafat dalam sujud, mungkin sudah disambut cahaya abadi. Tapi bagi kita, yang ditinggal, tragedi Al Khoziny adalah cambuk kolektif. Air mata ini jatuh bukan hanya untuk mereka, tapi juga untuk dosa kita semua yang membiarkan keselamatan dipermainkan. Kita sibuk membangun tinggi, tapi lupa menguatkan pondasi. Akhirnya, bukan hanya musala yang runtuh, tapi juga nurani kita sebagai bangsa.


Sampai artikel ini ditulis, belum ada rilis resmi berapa korban jiwa. Semoga semua korban cepat dievakuasi. 


Foto Ai, hanya ilustrasi.


#camanewak

Rosadi Jamani

Ketua Satupena Kalbar


Redaksi//Delova

Komentar

Tampilkan

  • Tragis, 100-an Santri Tertimbun Reruntuhan Musala Saat Salat Ashar
  • 0

Terkini